image page header

Talkshow Ruang Publik KBR; Penanggulangan Bencana Inklusif bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas

32 komentar
Hampir setiap tahun kita dikabarkan dengan berita duka yaitu bencana alam yang menimpa saudara setanah air. Dan yang masih sangat hangat saat ini adalah gempa bumi yang menimpa Cianjur.

Berdasarkan informasi dari akun resmi Instagram @infoBMKG pada Hari Senin, 21 November 2022, pukul 13.21.10 WIB, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat diguncang gempa tektonik bermagnitudo 5.6 SR.

Gubernur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil mengonfirmasi terdapat sebanyak 271 korban meninggal dunia dan 2.043 luka-luka akibat gempa Cianjur.

Begitu banyak korban yang terdampak mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Bahkan termasuk saudara kita yang menyandang disabilitas dan OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta).

Hal ini sangat memprihatinkan bagi kita semua. Banyak korban terdampak gempa yang harus berjuang untuk menyelamatkan diri dan bertahan hidup. Lalu, bagaimana dengan saudara kita yang menyandang disabilitas dan OYPMK dalam menyelamatkan diri menjelang dan saat terjadi gempa?

Nah, ada kabar baik nih dari KBR (Kantor Berita Radio) yang mengadakan talkshow edukasi terkait mitigasi bencana bagi disabilitas dan OYPMK. Tema talkshow yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Salah satunya aku, aku pun antusias mengikuti talkshow tersebut.

Talkshow #RuangPublikKBR berlangsung pada Hari Selasa, 29 November 2022, pukul 09.00-10.00 WIB secara live di kanal Youtube Berita KBR. Menghadirkan narasumber Bapak Drs. Pangarso Suryotomo selaku Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB dan Mas Bejo Riyanto selaku Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA) sekaligus disabilitas terdampak bencana. Acara yang berlangsung selama satu jam ini dipandu oleh Bapak Rizal Wijaya.

Update bencana di Indonesia 2022, salah satunya gempa Cianjur

Informasi dari Pak Papang, bencana di Indonesia sejak Januari hingga November 2022 tercatat 3.286 kejadian, rata-rata sehari satu kali kejadian. Dari bencana yang terjadi diantaranya karena cuaca, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lainnya.

Jumlah yang meninggal akibat bencana sebanyak 542 jiwa. Dengan jumlah yang tidak sedikit, Indonesia masuk 10 besar negara yang paling banyak jiwa meninggal karena bencana.

Pak Papang pun memberikan pesan bahwa Bencananya boleh banyak namun bagaimana mengurangi resiko dari bencana itu sendiri. Oleh karena itu, butuh kesiapsiagaan terhadap bencana, seperti gempa.

Kabar dari Cianjur, ini info dari Pak Papang

Hingga saat ini masih ada gempa kecil susulan dengan skala kecil sekitar 1-2SR yang terjadi di Cianjur. Intensitas kejadian bisa mencapai 200 kejadian. Hal ini seeringkali terjadi di setiap terjadi gempa bumi.

Untuk korban jiwa di Cianjur mencapai 271 orang meninggal dan yang korban mengungsi mencapai 56.000 orang, karena hampir 15 kecamatan yang terdampak.

BNPB mengajak pemerintah pusat, daerah, relawan dan lainnya untuk bergerak bersama agar semua cepat selesai.

Mengenal sosok Mas Bejo

Mas Bejo adalah seorang disabilitas dari lahir asal Bantul. Saat ini selain sebagai Ketua Konsorsium, Mas Bejo sehari-harinya menggeluti usaha produksi kaos.

Mas Bejo juga merupakan penyandang disabilitas yang pernah terdampak gempa di Bantul pada tahun 2006. keberadaan Mas Bejo berjarak 1 km dari pusat gempa saat itu. Bencana saat itu hampir menghancurkan seluruh rumah yang ada.

saat itu, sebagai disabilitas hanya berpikir bagaimana menyelamatkan diri karena minimnya edukasi kesiapsiagaan gempa. Yang terpikirkan saat itu dari cerita Mas Bejo adalah tidak mengunci pintu agar mudah lari menyelamatkan diri, namun malangnya justru disaat gempa terjadi keadaan pintu justru terkunci.

Sehingga Mas Bejo hanya bisa lari tak terarah hingga sampai di depan pintu, Beliau terlempar di tanah hingga terguling-guling.

Penanganan bencana yang inklusif untuk disabilitas dan OYPMK

penanggulangan bencana inklusif bagi OYPMK dan penyandang disabilitas
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak awal tahun sampai awal November 2022 sudah ada sekitar tiga ribu peristiwa bencana alam di seluruh Indonesia. Namun, seperti apa sebenarnya penanganan bencana inklusif untuk para penyandang disabilitas dan OYPMK? Berikut penjelasan Drs. Pangarso Suryotomo yang akrab dipanggil Pak papang.

Berdasarkan pemaparan Pak Papang terdapat 80% wilayah Indonesia yang rawan terdampak bencana seperti letusan gunung berapi, tsunami, gempa dan lainnya. Untuk itu perlu masyarakat mengenali resiko wilayah yang ditempatinya. Dan, dampak bencana bisa dialami oleh semua orang termasuk penyandang disabilitas dan OYPMK.

Untuk itu perlu adanya penanggulangan bencana inklusif bagi OYPMK dan penyandang disabilitas. Sejak 2014, BNPB dan Pemerintah telah mendiskusikan bersama teman-teman disabilitas hingga terbitlah Perka BNPB No. 14/2014 tentang pertolongan, partisipasi dan perlindungan penyandang disabilitas dalam penanggulangan bencana.

Sehingga penanganan yang diberikan kepada penyandang disabilitas adalah dengan memberikan pertolongan berupa fasilitas, akses dan bantuan lainnya saat terdampak bencana. Namun, penyandang disabilitas juga diberikan kesempatan untuk berpartisipasi saat terjadi gempa dengan melindungi dirinya sendiri dan memberikan informasi terkait disabilitas baru di sekitarnya yang diakibatkan gempa saat itu.

Peran penyandang disabilitas inilah yang akan membantu mengumpulkan data para penyandang disabilitas sehingga Pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan perlindungan atau hak terhadap mereka.

Edukasi terkait mitigasi bencana bagi disabilitas dan OYPMK

edukasi penanganan bencana untuk OYPMK dan penyandang disabilitas
Mas Bejo adalah seorang penyandang disabilitas yang juga aktif berpartisipasi terhadap penanganan bencana bagi penyandang disabilitas dan OYPMK. Beliau saat ini sebagai ketua Konsorsium yang sudah berdiri sejak 2016. Konsorsium Pelita merupakan sebuah wadah bagi organisasi-organisasi yang peduli terhadap penyandang disabilitas dan kusta.

Harapan Mas Bejo bersama kawan-kawan Konsorsium Pelita adalah fokus menghilangkan stigma negatif tentang penyakit kusta di kalangan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menerima penyakit kusta seperti penyakit biasa yang dapat diobati dan bisa sembuh.

Berdasarkan pengamatan Mas Bejo, stigma negatif tentang kusta itu sangat kuat. Fakta di lapangan, orang yang pernah mengalami kusta mendapatkan deskriminasi. OYPMK tidak diberikan ruang untuk bisa berbaur dengan orang lain pada umumnya. Sehingga terkesan dikucilkan. Oleh karenanya, dibutuhkan edukasi kepada masyarakat untuk merubah stigma negatif tersebut.

Pak Papang juga menjelaskan bahwa perlakuan antara penyandang disabilitas dan OYPMK itu sama yaitu sesuai dengan Perka BNPB No. 14/2014. Sama-sama mendapatkan pertolongan, kesempatan partisipasi dan perlindungan. Sehingga mereka memiliki kesempatan dan hak yang sama.

Teman-teman penyandang disabilitas dan OYPMK bukan orang yang lemah, akan tetapi mereka dapat diberdayakan dengan ditingkatkan kualitasnya agar dapat melakukan hal yang sama seperti orang-orang non disabilitas dan OYPMK.

Informasi terkait edukasi mitigasi bencana

Menurut Mas Bejo informasi terkait edukasi mitigasi bencana untuk upaya pengurangan resiko dapat diperoleh dari komunitas/organisasi terkait dan para relawan terdekat. Bahkan BNPB membentuk organisasi Difagana (Difabel Tanggap Bencana) sebagai bentuk kontribusi para penyandang disabilitas dalam penanggulangan bencana.

Pak Papang juga menambahkan bahwa informasi dan layanan sudah ada di lingkungan terdekat karena BNPB telah mengamanatkan kepada setiap wilayah untuk membentuk unit layanan disabilitas hingga ke tataran desa. Agar upaya penanganan bencana dapat menyentuh secara menyeluruh kepada para korban bencana khususnya penyandang disabilitas dan OYPMK.

Siapa yang dapat menyelamatkan diri ketika terjadi bencana? Ini kata Pak Papang

Pak Papang menginformasikan berdasarkan penelitian di Jepang bahwa yang dapat menyelamatkan diri ketika terjadi bencana adalah dirinya sendiri dengan persentase hampir 35%, kedua keluarga dan ketiga adalah lingkungan terdekat. Sedangkan orang lewat, tim relawan hanya 4%. Sehingga 96% dapat selamat dari bencana adalah peran dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan.

Sehingga sejak 2011, BNPB menginisiasi desa tanggap bencana dengan melibatkan masyarakat desa. Sebagai bentuk sosialisasi dan dukungan untuk meningkatkan kapasitas relawan dan masyarakat setempat, khususnya penyandang disabilitas dan OYPMK. Dengan tujuan agar tanggap terhadap bencana.

Desa tanggap bencana dapat dilakukan oleh pemerintah tinggat provinsi hingga tataran desa, lembaga dan pihak lainnya. Selain itu, BNPB juga telah melakukan kerjasama dengan kementerian Pendidikan dan Budaya yaitu memasukkan kurikulum yang diberi nama SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana).

SOP penanggulangan bencana Inklusif bagi penyandang disabilitas dan OYPMK

Pak Papang memaparkan bahwa semua SOP tentang penanggulangan bencana sudah ada. Bahkan sudah ada aplikasi InaRISK Personal yang salah satu fitur-nya dapat memberikan informasi kepada user terkait resiko apa yang ada di lokasi titik kita berada dan apa yang harus dilakukan. Ada pula rekomendasi sebelum, saat dan sesudah gempa terjadi. Aplikasi Inarisk Personal ini bisa diunduh di Playstore smartphone masing-masing. 
aplikasi inarisk personal
Seperti yang terlihat pada gambar di atas bahwa aplikasi InaRISK Personal memiliki 10 fitur yang dapat diakses oleh user. Beberapa fitur tersebut diantaranya.
  • Activities report
Activities report digunakan untuk melaporkan aktivitas atau informasi yang berhubungan dengan resiko bencana yang diinfokan oleh pemerintah, relawan dan lainnya berdasarkan titik lokasi kejadian.
Laporan bisa berupa situasi lingkungan sekitar beserta resiko bencana yang kemungkinan terjadi. Laporan dalam fitur ini berupa gambar.
  • Step-a
Pada fitur Step-a ini berisikan tentang langkah-langkah awal yang dapat dilakukan untuk kesiapsiagaan terhadap bencana. Untuk mengakses fitur satu ini, maka perlu memasukkan school ID dan pasword terlebih dahulu. Nah, jika kamu belum daftar, maka jangan lupa daftar terlebih dahulu, ya.
  • Evaluasi SPAB
Nah, kalau fitur yang satu ini adalah evaluasi SPAB (Sekolah Pendidikan Aman Bencana). SPAB merupakan salah satu program BNPB bersama Kementerian Pendidikan dan Budaya dalam rangka mendorong upaya pencegahan dan penanggulangan dampak bencana di satuan pendidikan. Dan, di fitur inilah BNPB dapat memonitoring dan evaluasi implementasi SPAB.
  • Survey acebs
ACeB (Asesmen Cepat Bangunan), fitur ini digunakan untuk mengevaluasi kerentanan bangunan terhadap guncangan gempa. Terdapat 2 metode yaitu metode pertama untuk obyek bangunan sederhana (1 lantai) dan metode kedua adalah untuk obyek bangunan bertingkat.
Tujuannya adalah untuk mencerdaskan masyarakat terkait konsep dan karakteristik rumah aman gempa. Mengidentifikasi awal sebaran kualitas bangunan aman gempa, bangunan tunggal masyarakat di kawasan rawan gempa bumi. Serta mensosialisasikan budaya membangun rumah yang aman terhadap gempa.
  • Survey kerentanan
Fitur survey kerentanan adalah hasil kolaborasi antara BNPB dengan UNDP yang dikelolah oleh BNPB. Yah, fitur ini untuk mengumpulkan data kerentanan (sosial, ekonomi, lingkungan) berdasarkan resiko keluarga untuk meminimalisir resiko bencana pada keluarga.
  • Survey kesiapsiagaan
Fitur survey kesiapsiagaan untuk mengumpulkan data kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana sesuai langkah melalui organisasi, keluarga dan komunitas untuk meminimalisir resiko bencana.
  • Jitupasnas
Jitupasnas adalah salah satu fitur yang fungsinya sama dengan activities report, hanya saja bentuk laporan berupa data dan informasi tertulis lainnya.
  • Intask
Dalam fitur Intask berisikan video edukasi tentang kesiapan menghadapi gempa dan arahan melakukan aktivitas positif untuk keselamatan diri dan lingkungan sekitar.
  • Difarisk
Difarisk berisi tentang 4 peringatan bencana, dimana terdapat edukasi penyelamatan dari bencana, panggilan darurat, informasi bencana dan peringatan bencana. Sehingga kamu bisa mendapatkan banyak informasi terkait bencana alam di fitur ini.
  • Virtual Reality
Virtual reality berisikan gambar-gambar tentang simulasi gempa ketika berada di ruang kelas, mini market, kamar, dalam mobil.

Ini pesan Mas Bejo sebagai penyandang disabilitas yang pernah menjadi korban gempa

Pesan untuk teman-teman disabilitas tidak perlu malu. Terus tingkatkan kapasitas tanggap bencana untuk keselamatan diri. Dan, Mas Bejo juga berharap untuk penanganan OYPMK yang terdampak gempa tidak dipisah-pisah dengan korban yang lainnya, yaitu diperlakukan sama.

Kemudian, yang paling penting adalah data itu kunci utama untuk pemetaan dapat dilakukan. Data dapat dikumpulkan dari lingkup terkecil. Tak hanya itu, Mas bejo juga mengajak masyarakat gaungkan siaga bencana kapan pun dan dimana pun. 

Wah, senang sekali dengan talkshow yang edukatif ini karena banyak ilmu dan insight yang didapat. Menurutku talkshow yang diadakan oleh KBR ini keren banget. Dan, harus diadakan secara berkala dengan tema-tema sejenisnya karena masyarakat masih banyak membutuhkan edukasi terkait penanggulangan bencana inklusi bagi OYPMK dan penyandang disabilitas. Oh ya, jika penasaran dengan acara live talkshow satu ini, yuk nonton di talkshow #RuangPublikKBR.



Susi Yanti Nuraini
Susi Yanti Nuraini, a wife of my hubby, happy life about sharing simple things for good things. Hobies: culinary, traveling, staycation, skincare. Motto of life: if you do good, it is for your own good (qs.al-isra:7). Business inquiries: susiyanti.nuraini@gmail.com

Related Posts

32 komentar

  1. saya senang mengetahui bahwa disabilitas pun didukung jika ada bencana. Semoga teman-teman disabilitas senantiasa terdukung

    BalasHapus
  2. Mantaaabbb bgt
    Karena emang sodara yg disabilities harus di support yaa

    Apalagiii klo ada bencana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul nih, mba. Bantuan dari berbagai pihak sangat berharga untuk teman-teman disabilitas.

      Hapus
  3. Bagi orang normal saja kadang juga bingung bagaimana caranya jika ada bencana tiba-tiba, mungkin kurang edukasi ya Mbak. Tapi sekarang terbantu dengan aplikasi Inarisk Personal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba. Sekarang sudah ada Inarisk Personal App yang berguna untuk meng-edukasi masyarakat, termasuk teman-teman disabilitas.

      Hapus
  4. Penyandang disabilitas juga punya hak yang sama ya. Program pemerintah ini sepertinya belum sampai ke lapisan terbawah. Masih banyak penyandang disabilitas di daerah yang terpinggirkan. Mereka harus tahu aplikasinya juga nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa segera tersampaikan secara menyeluruh ke semua lapisan masyarakat ya, mba. Tugas kita bersama untuk saling mengingatkan dan berbagi informasi kepada yang lain dan juga teman-teman disabilitas di sekitar kita.

      Hapus
  5. Keren banget talkshownya ya mba..banyak ilmu dan insight baru. Bener banget bahwa penyandang disabilitas juga harus diperhatikan terlebih jika ada bencana karena merekapun punya hak yang sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, dapat banyak insight dan ilmu, mba. Bahkan mampu merubah cara pandang yang selama ini kurang tepat menjadi lebih tepat dan benar melalui talkshow ini.

      Hapus
  6. Berasa ikut sendiri eventnya, langkap liputannya, Mbak..terima kasih sudah menulikannya. Menarik sekali talkshow yang edukatif ini karena banyak ilmu dan insight yang didapat, edukasi yang bagus dari KBR soal penanggulangan bencana inklusi OYPMK dan kaum disabilitas

    BalasHapus
  7. KBR selalu peduli dengan OYPMK dan disabilitas
    Salut
    Bahkan soal penanganan bencana juga diperhatikan
    Salut

    BalasHapus
  8. Keren juga ya program nya sama disabilitas jadi perhatian juga . Hebat mantap KBR

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah ad media yang ngebantu para disabilitas memahami lebih tentang bencana alam jd mereka nanti.y aware kalau ada bencana

    BalasHapus
  10. Talkshow atau sosialisasi semacam ini sepertinya memang perlu diadakan sering-sering ya Mbak, hingga ke level RT/RW. Atau mungkin sebenarnya sudah banyak dilakukan ya? Padahal jika dilihat, SOP dari BNPB pun sudah cukup baik, bahkan ada aplikasi inarisk juga. Terima kasih sudah sharing info ini ya Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba. Perlu diperketat lagi monitoring pelaksanaan ke bawahnya yaitu lapisan masyarakat terkecil agar informasi dan edukasi tersampaikan secara menyeluruh ke masyarakat. Sama-sama, mba.

      Hapus
  11. Aku jadi aware nih sama penyandang disabilitas dan Opmyk. Harusnya pengetahuan ini bisa menjamah masyarakat sampai tingkat RT/RW ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mba. Sebenarnya sudah dilakukan hingga ke bawah hanya saja perlu ditingkatkan lagi agar lebih optimal dan merata ke seluruh lapisan masyarakat.

      Hapus
  12. Jadi kepikiran nih mba.. untuk orang terdekat penyandang disabilitas. Penting sekali ya dikenalkan hal ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, penting banget, mba. Buat kita yang sudah lumayan tahu semoga berkesempatan untuk saling berbagi info terkait penanggulangan bencana inklusif agar bermanfaat untuk banyak orang khususnya teman-teman disabilitas.

      Hapus
  13. ma syaa Allah ulasannya menatik mbak, sudut pandang yang diambil keren banget..berawal jaga tangga terlebih dahulu ya mbak

    BalasHapus
  14. wah baru tahu ada aplikasi buat siaga bencana ini. wajib banget ini diinstal aplikasinya agar bisa membantu kita saat bencana melanda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuuus, segera install, mba. In shaa Allah, banyak manfaatnya.

      Hapus
  15. Iyaya.. orang yang bukan penyandang disabilitas aja kadang kesulitan untuk evakuasi dirinya sendiri ketika bencana terjadi. Apalagi para penyandang disabilitas yang semuanya serba terbatas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mba. Oleh karena itu, penting edukasi ini tersampaikan secara merata ke seluruh masayarakat. Kita pun berkesempatan bisa berbagi informasi penanggulangan bencana inklusif ke orang-orang sekitar kita.

      Hapus
  16. Masyallah iya juga ya, beda ya penanganan orang OYPMK ketika terkena bencana. Wah hal seperti ini juga harus masuk di sekolah sekolah biar lebih banyak lagi yang tahu soal mitigasi penyandang disabilitas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah ada programnya, mba. Hanya saja untuk monitoring perlu ditingkatkan agar dapat terlaksana secara optimal.

      Hapus

Posting Komentar