image page header

Beri Aku Cerita yang Tak Biasa, Cintai Budaya Indonesia!

buku antologi IIDN dan Elang nuswantara

Hai bestie, apa kabar? Kangen banget deh cuap-cuap renyah, sekedar berbagi cerita dan pengalaman di sini. Tapi, kondisi akhir-akhir ini sengaja memberi jeda untuk aku banyak evaluasi diri dan bersyukur di tengah nikmat sakit.

Sebenarnya udah dari beberapa hari lalu ingin berbagi pengalaman serunya mengikuti acara IIDN untuk pertama kali, tapi sengaja kuulur. Menunggu aku sudah fit dan sempurna untuk mengulas acara webinar Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.

Hingga disuatu malam, aku terbaring sambil melihat atap kamar. Aku terngiang apa yang dikatakan Mbak Widya selaku salah satu narasumber acara Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa.

Kata Mbak Wid di acara kemarin bilang, "Bersedia untuk tidak sempurna, bersedia untuk terus belajar. Melepaskan ekspektasi karena karya yang selesai jauh lebih baik daripada karya yang sempurna."

Seketika aku berpikir, gak apa-apa kalau pun acara keren IIDN ini harus diulas oleh tangan penulis pemula. Aku yakin acara sekeren IIDN, Adikarya Nuswantara tak akan kehilangan ruhnya hanya karena diulas ulang oleh blogger pemula seperti aku.

Aku pun tak perlu menunggu sembuh total untuk mulai mengulas acara keren yang super duper membangun semangat anak muda ini.

Kamu pasti penasaran yaa, sekeren apa sih sampai aku yang gak enak badan aja bela-belain ikutan. Jujur acara IIDN kali ini adalah acara pertama IIDN yang aku ikuti. Dan, kesan pertamanya adalah petcaaaah poool, keren banget bestieeee!!!

Webinar Beri Aku Cerita yang Tak Biasa

acara IIDN beri aku cerita yang tak biasa
Ibu Ibu Doyan Nulis
Awalnya aku tahu acara terbaru Ibu Ibu Doyan Nulis ini dari grup Ngeblog dari 0 IIDN_2. Tapi selain itu, karena aku follow akun sosmed IIDN alhasil poster acara itu tidak asing buat aku.

Buat aku yang pemula merasa penasaran, ini acara apa ya kok ada fiksi-fiksinya gitu. Lalu, dari judul acara juga keren yaa "Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa".

Kalau lihat dari posternya ada gambar buku bersampul wanita berkebaya dengan sanggul cantik menghias kepalanya. Jadi makin penasaran, nih.

Lalu, kuamati lagi poster tersebut. Jelas saja, ternyata acara itu adalah bentuk mengenalkan kepada banyak orang mengenai Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa.

Narasumber acara IIDN, Adikarya Nuswantara!

Acara Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai yang Tak Biasa berlangsung di Hari Jumat, 7 Oktober 2022. Jam 19.00-21.00 WIB via Zoom.

Acara keren ini menghadirkan narasumber kece yaitu Mbak Widya Yuliandari, seorang blogger, writing mentor sekaligus ketua umum IIDN yang membawakan topik fiksi VS non fiksi.

Dan, narasumber kedua adalah Buk'e Kirana Kejora, writerpreneur dan pendiri Elang Nuswantara dengan topik Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa.

Benefit acara IIDN

Jadi, ada benefit juga lho untuk peserta yang hadir di acara IIDN yaitu berupa sertifikat dan doorprize buku-buku IIDN.

Doorprize tersebut bisa didapatkan buat penanya pertama yang berani menyalakan mic di forum zoom, 3 peserta yang berhasil menjawab pertanyaan dan 4 lainnya yang memenangkan IGs challenge.

Alhamdulillah, aku dapat doorprize dari IGs challenge, bestie. Happy banget deh, berkah mengikuti acara ini dengan tulus mau nambah pengetahuan eh dapat doorprize-nya.

Budaya, IIDN dan Elang Nuswantara, Adikarya Nuswantara!

Acara yang sengaja dikemas fresh, kekinian, full spirit dan lekat dengan budaya Indonesia. Yap, itu kesan pertama yang kurasakan.

Acara yang dimoderatori oleh Mbak Novarty diawali dengan sebuah pembuka yang menjabarkan betapa kaya akan budaya negara Indonesia kita. Mengenalkan para narasumber, alur acara dan beberapa info tambahan yang ada di acara tersebut.

Tak lupa doa bersama sebagai tanda acara akan dimulai dan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang semakin menggugah rasa akan bangganya dengan Negara Indonesia.

Dari sini saja, aku merasakan ada aliran darah yang semakin cepat dan semangat yang semakin mencuat karena acara tersebut dihadiri peserta dari berbagai daerah bahkan hingga luar negeri.

Di acara tersebut, aku seperti didorong dan disadarkan bahwa kita para ibu-ibu masih sangat bisa berkarya melalui tulisan yang mengangkat warisan budaya Indonesia. Merasa memiliki tugas bersama yaitu sebagai perempuan Indonesia yang berkarya dan berdaya. Kalau kata Buk'e Kejora, "Siapa lagi? Siapa lagi kalau bukan kita yang mengenalkan warisan budaya".

Hmmm, aku pun semakin terbawa suasana, sejenak aku lupa rasa sakit yang kurasa hhi. Amazing kan acara ini. Ohya, aku semakin merasa beruntung juga setelah tahu kalau Mbak Wid adalah alumni ITS dengan segudang prestasi, hhe. Kita satu almamater, yeayyy vivaaaat!

Kesibukan yang gak linier dengan background disiplin ilmu itu gak apa-apa kok. Menulis itu keren lho dan aku telah memilih menulis sebagai kesibukan yang keren untuk diriku. Justru karena aku tumbuh di lingkungan berpendidikan maka aku harus melek literasi.

Trus ada Buk'e Kejora yang gak kalah keren alumni UB dan telah berhasil melahirkan 172 buku, keren banget!

Eittss, nyerocos aja nih. Kita lanjut ke acara IIDN yaa. Jadi, di malam itu kesempatan pertama diberikan kepada Mbak Wid untuk mengisi acara dengan membahas topik fiksi VS non fiksi. 
antologi bersama budaya nuswantara
Ibu Ibu Doyan Nulis

Panggilan menulis fiksi

Di sesi ini Mbak Widya terlebih dahulu mengenalkan IIDN. Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis yang diisi oleh berbagai profesi, menulis berbagai genre dan IIDN yang memiliki banyak kegiatan seru lainnya. IIDN hadir membawa visi untuk memajukan kaum perempuan di dunia menulis.

Hhmm, aku jadi berpikir bahwa IIDN bisa menjadi salah satu ruang yang tepat untuk aku bertumbuh, nih. Aku pun menyimak setiap penjelasan yang disampaikan Mbak Wid. Selain itu, Mbak Wid juga menjelaskan terkait panggilan yang datang yaitu menulis fiksi.

Sebagai penulis non fiksi hingga akhirnya membuka diri untuk menulis fiksi, Mbak Wid punya cerita tersendiri. Beliau menyebutnya adalah sebuah panggilan, yap panggilan dari pemilik hati, ya.

Hingga akhirnya IIDN menerbitkan buku cerpen bertema budaya dengan kemasan yang berbeda yaitu adikarya Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.

Buku fiksi yang memuat banyak kekayaan budaya Indonesia, dimana salah satu judul yang dibuat Mbak Wid adalah Dari Taneyan Lanjang Menuju Wageningen.

Taneyan Lanjang adalah warisan budaya dari daerah Tapal Kuda berupa arsitektur yaitu area panjang yang ditempati oleh masyarakat Madura dengan bentuk yang sedemikian rupa. Ditambah dengan cerita percintaan yang gagal, duh nyeseknya. Kombinasi yang epik antara budaya dan cinta.


Adikarya ini adalah bentuk gerakan IIDN bersama Elang Nuswantara melestarikan warisan budaya Indonesia melalui dunia literasi. Beri Cerita Aku yang Tak Biasa adalah bentuk upaya mensyukuri, menjaga dan merayakan warisan leluhur Nuswantara. Gak kebayang sih bangga banget penulis-penulis yang turut memberikan sumbangsih tulisan yang bertemakan budaya.

Adikarya ini sebenarnya sudah launching di Perpusnas Bulan Agustus 2022. Bahkan buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa sudah ada di U.S. Library of Congress, lho. Keren banget, ya!

Dari penjelasan Mbak Wid, aku belajar dari pernyataan Mbak Wid yaitu jangan terlalu melabeli diri. Buka peluang seluas-luasnya agar dapat berkarya lebih banyak. Jadi mau bikin buku fiksi atau non fiksi pun in shaa Allah bisa.

Tips menulis fiksi bagi pemula ala Mbak Widya

  • Banyak membaca karya tulis fiksi dari penulis yang baik
  • Lepaskan ekspektasi
  • Gunakan setting yang mudah dibayangkan
  • Gunakan bantuan video, poto, rekaman suara, dsb.
  • Meminta bantuan kepada Allah

Siapa lagi yang mencintai budaya Indonesia?

Disesi kedua diisi oleh Buk'e Kirana Kejora yang awal kalimat mengenalkan jargon Elang Nuswantara "Siapa lagi yang mencintai dan mengenalkan budaya Indonesia?".

Beliau menyampaikan bahwa perempuan mendominasi sebagai penulis di dunia ini, karena perempuan adalah makhluk sensitif tapi yang cerdas, hhe. Wah Buk'e bikin aku merasa bangga jadi penulis pemula, hhi.

Beliau ini pendiri komunitas Elang Nuswantara yang di dalamnya ada Elang Biru, Elang Merah, Putih yang perhatian pada budaya dan kearifan lokal. Waah, semoga besok-besok bisa kerjasama dengan IIDN lebih banyak ya Buk'e.

Di sini Buk'e juga menjelaskan bahwa fiksi dan non fiksi itu beda tipis. Dan, pada dasarnya fiksi itu ada cerita non real, kalo non fiksi itu cerita nyata. Dan, buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa adalah fiksi yang based on data. Gak sabar pengen punya bukunya, bestie.

Beri Aku Cerita yang Tak Biasa adalah buku fiksi yang kaya akan data melalui riset terlebih dahulu. Cerita pendek bertema budaya dengan kemasan kekinian, full spirit dan mudah diterima oleh generasi muda (Z dan millenial).

Beliau memang sangat konsen terhadap kelestarian nusantara. Dan, perempuan adalah garda terdepan yang memiliki tugas melestarikan kekayaan nusantara.

Beliau menyampaikan bahwa kata leluhur kita "jadilah orang baik" di buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa, Beliau menuliskan Totopong Sunda (ikat kepala dengan 4 sudut) yang artinya kretek hati/maunya hati. Yaitu niat, lisan, perilaku dan raga.

Cerita yang ditulis dengan gaya bahasa yang khas dan penuh ruh. Penasaran? Yuk, beli buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.

Menulis itu mulai aja dulu, dengan memulai itu adalah kunci. Dan ada 4 tips ala Buk'e dalam menulis  yang filmis yaitu; posible, suspend (menggetarkan), surprise, drama keluarga (romance, religi, satire).

Mengangkat budaya leluhur

Disesi ketiga diisi oleh bu dokter yaitu Mbak Rahmi Aziz yang mengangkat adat pernikahan budaya Bugis yaitu Mappasikarawa.

Tahapan menyentuh pertama kali yang dilakukan oleh pengantin laki-laki ke pengantin perempuan. Yang dilakukan di bagian ubun-ubun dan dada dimana maksudnya adalah pengantin laki-laki dapat menggenggam hati pengantin perempuan dalam membangun rumah tangga.

Proses bertemu antara suami dan istri dengan memegang prinsip pernikahan yaitu prinsip kejujuran antara satu sama lain, saling menerima dalam satu paket baik terlihat maupun tidak.

Beliau ini bergabung kelas cerpen karena ingin belajar banyak hal seputar menulis. Dan, fiksi adalah tulisan yang mudah menyampaikan isinya.

Dari kendala yang Beliau lalui, Mbak Rahmi akhirnya banyak belajar dari proses penyelesaian cerpen seperti menciptakan konflik, riset data terkait budaya Bugis.

Dan, Mbak Rahmi menuturkan bahwa kekayaan budaya Indonesia harus diangkat agar tidak tergerus dan bergeser dari yang semula sehingga pesan leluhur tetap utuh.

Jadi, yuk angkat budaya Indonesia agar pesan leluhur tidak bergeser. Dan, dengan pengemasan fiksi banyak poin yang dapat disampaikan.

Gak terasa acara sudah di penghubung nih, bestie. Di lanjut dengan sesi tanya jawab, Ohya, buat teman yang penasaran acaranya. Bisa juga lho lihat di channel youtube Ibu-ibu Doyan Nulis.

Waah, keren yaa bestie. Pasti bangga banget buat para penulis yang telah memberikan sumbangsih menuliskan buku antologi bersama yang bertema budaya. Nah, kita kapan nih? Yuk, beli dulu aja bukunya di IIDN, Adikarya Nuswantara! Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.
IIDN Beri Aku Cerita yang Tak Biasa
Ibu Ibu Doyan Nulis

Susi Yanti Nuraini
Susi Yanti Nuraini, a wife of my hubby, happy life about sharing simple things for good things. Hobies: culinary, traveling, staycation, skincare. Motto of life: if you do good, it is for your own good (qs.al-isra:7). Business inquiries: susiyanti.nuraini@gmail.com

Related Posts

24 komentar

  1. Aku selalu terbayangkan untuk membangun kearifan lokal di karya-karya tulisan ku. Memang perlu, terutama dalam menguatkan rasa keterhubungan dengan tanah air.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Mba, aku pun merasakan hal yang sama tentang pentingnya mengulas kearifan lokal di karya-karya tulisan sebagai bentuk cinta dan melestarikan kekayaan nusantara.

      Hapus
  2. Bersedia untuk tidak sempurna, bersedia untuk terus belajar..tak hanya cerita nya yang tak biasa tapi orang2nya juga luar biasa

    BalasHapus
  3. Kelas yang luar biasa, diisi orang-orang yang luar biasa pula. Barakallah.

    BalasHapus
  4. Keren ini bukunya, apalagi buku yang bertema budaya masih jarang didapati.

    BalasHapus
  5. Aku pun juga selalu terngiang degan perkataan mbak Wida bahwa jangan melabeli diri sendiri, membuka diri untuk hal² yg baru. Seru bgt yaa mbak webinarnya. Bukunya juga bagus bgt, tema budaya yang dianggap tidak menarik disini dibuat sangat menarik sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyess, Mba. Webinar dengan menyuguhkan karya yang luar biasa. Keren banget!

      Hapus
  6. Wah seru sekali ya mbk acaranya😍 kalo bahas² tentang buku tu rasanya semangat banget. Mengolah ide dan menjadikannya sebuah karya. Aku juga suka banget sama kalimat ini "karya yang selesai jauh lebih baik daripada karya yang sempurna" rasanya menampar aku yang gak pernah nyelesain cerita fiksi yang aku buat😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyess, betul banget. Yuk segera diselesaikan, Mba. Semangat!

      Hapus
  7. Menarik loh bukunya. Kalo bertema budaya2 gini emang seru banget, ya.

    BalasHapus
  8. saya jatuh cinta dengan bukunya mbak setelah ikut zoominar, penasaran dengan prosa budaya yang dituturkan lewat karya tulis

    BalasHapus
  9. Selalu keren memang Ibu ibu doyan nulis, menggarapnapapun selalu serius, makanya webinar ini benar2 kereen, masyaAllahu.

    BalasHapus
  10. Dah lama bgg ga ikut acara iidn nih, karya mba wid dan tim iidn sih ga usah diragukan lagi

    BalasHapus
  11. Acara keren nih. Beruntung banget seluruh peserta yang dapat bergabung di acara dengan narasumber kolaborasi dua perempuan inspirasional, Mbak Widyanti dan Kirana Kejora

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, Pak. Sangat beruntung, alhamdulillah.

      Hapus
  12. Baca ulasannya serasa ikut hadir pada acaranya. Keren banget sih acara ini, apalagi mengangkat tema budaya, yang masih jarang banget di up kecuali oleh orang-orang yang peduli. IIDN keren, maju membawa tema budaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyess, Mba. Benar sekali, acara keren yang mengangkat mahakarya yang luar biasa bertemakan budaya.

      Hapus

Posting Komentar